Perguruan Ma'had Islam Pekalongan merupakan badan otonom yang mengelola pendidikan dari Yayasan Badan Wakaf Ma'had Islam. Yayasan Badan Wakaf Ma'had Islam sebuah organisasi wakaf yang disahkan oleh Notaris di Pekalongan pada bulan Januari 1943. Terdiri dari pada para-para peminat perguruan “Ma’had Islam”.
Tujuannya :
- Berusaha memperbaiki dan memajukan perihal pendidikan dan pengajaran anak-anak kaum Muslimin.
- Menguatkan latihan rohani dan pendidikan dengan pengajaran agama Islam. 3. Meningkatkan dan meluaskan pengajaran Islam.
Usahanya :
- Mendirikan sekolah-sekolah Islam partikulir ( rendah, menengah, dan tinggi).
- Memelihara dan mengembangkannya, sesuai dengan kehidupan agama, masyarakat dan peraturan pemerintah.
- Jika mungkin, juga membelanjai murid yg tercakap untuk melanjutkan pelajaran di sekolah-sekolah yg lebih tingg dari sekolah-sekolah Ma’had Islam, di dalam maupun di luar negeri.
Logo Ma'had Islam
RIWAYAT SINGKAT PERGURUAN MA’HAD ISLAM PEKALONGAN
Beberapa bulan setelah
pendudukan Jepang, di Pekalongan, tepatnya tanggal 8 Nopember 1942 berdirilah
sebuah sekolah islam, kala itu di namai Sekolah Rakyat Partikelir Ma’had Islam.
Lokasi Sekolah itu ada di Jalan Pesatean atau Sekarang yang dikenal sebagai
Jalan Cempaka, tetapi setahun kemudian sekolah itu pindah ke Jalan Dokriyan
atau Jalan H. Agus Salim,
Sepuluh tahun kemudian
sejak didirikan, sekolah itu menjadi referensi yang penting bagi
madrosah-madrosah lain yang ada di kota-kota pesisir Jawa dalam mengembangkan
konsep madrasah yang modern, tak hanya sekadar menjadi rujukan sejumlah
madrosah di losari di daerah cirebon dan di semarang ibu kota Propinsi Jawa
tengah bersedia memposisikan sebagai madrasah afilial ma'had Islam.
Tentu pilihan ini bukan
sebuah kebetulan, mereka para pimpinan Madrasah telah mengenal Abdullah bin
Hamid Al-Hinduan sang founding fathers sekolah tersebut sebagai tokoh paling
penting dalam pembaharuan pendidikan Islam, ia dianggap telah meletakan sistem
pendidikan atau model madrasah yang modern di Pekalongan. Tentu saja karena ia
tidak saja membidani Ma'had Islam, tetapi PGA dan ia juga disebut sebagai
salah satu tokoh penting bagi kelahiran badan wakaf Semarang, yayasan yang
membawahi Unisula.
Keberadaannya di Darul
Ulum Mesir atau yang sekarang menjadi salah satu Fakultas dari Universitas
Cairo tujuh puluh tahun yang lampau, secara tidak sengaja telah menempatkan
dirinya pada pusat pusaran pergerakan untuk kebangkitan umat Islam, khususnya
dibidang Pendidikan atau gerakan pembaharuan madrasah.
Gagasannya yang dibawa
dari mesir untuk merubah atau mengembangkan lembaga pendidikan Islam kearah
yang lebih maju semula hendak di implemntasikan ke Madrasah Arabiyah Islamiyah
yang ada di Kampung Arab Pekalongan, Almamaternya sebelum berangkat Ke Mesir.
Tetapi karena kala itu gagasan tersebut belum dapat di pahami, gagasan itu di
tolak. Gagasan itu dapat disebut sebagai sebuah pikiran yang “ out frame “ atau
kontroversi pada saat itu.
Saat itu memasukan
pendidikan pengetahuan umum kedalam kurikulum madrasah merupakan hal asing,
bahkan oleh beberapa kalangan dianggap sebagai sebuah upaya mengurangi beban
pelajaran agama dilingkungan madrasah, baru setelah dua tahun sejak gagasan
dilontarkan, konsep itu baru dapat diterima, itupun hanya kalangan terdidik
yang pada saat itu jumlahnya sangat sedikit.
Diantara mereka yang
dapat menerima pemikiran itu ada yang kemudian secara intensif melakukan
pertemuan dengan Abdullah Hinduan untuk mematangkan rencana mendirikan sekolah
Islam yang lebih maju. Mereka sebagian adalah murid-murid Al-ustadz di MAI,
mereka berturut-turut adalah Zein Bin Yahya, Mohamad bin Abdurahman Baragbah,
Ahmad bin Muhammad Assegaf, Muhsin Bin Ali Alatas dan Basari Bin Ahmad yang
kemudian kita kenal sebagai para pendiri Ma’had Islam
Setelah Sekolah itu
berdiri dan orang baru dapat melihat manfaat dari konsep pembaharuan
madrosah-madrosah. Dukunganpun bermunculan setelah itu, bahkan setelah dua
tahun sekolah Mahad berjalan, Madrasah Makrifatudin yang berada dikelurahan
Krapyak Kidul itu menyatakan bergabung dengan Ma’had Islam dan kemudian langkah
itu disusul oleh Madrasah Arabiyah Islamiyah.
Ide tentang Sekolah
Dasar Islam atau yang pada saat itu disebut , yang memadukan pelajaran agama
dan pengetahuan umum terus meluas. Di wilayah kota, kabupaten gagasan ini terus
meluas. sebagian berdiri sendiri tetapi sebagian yang lain menjadi afilial dan
ada juga yang kemudian bergabung dalam lingkungan yayasan.